Kiat Agar Solat Diterima

BOGOR. Jurnalaksara.com, – Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman “Sesungguhnya Aku (Allah) hanya akan menerima sholat orang-orang yang merendahkan dirinya karena kebesaran-Ku. Mereka tidak sombong dengan mahluk-Ku yang lain, dia menyayangi orang-orang miskin dan menderita, menahan diri dari hawa nafsunya karena Aku, melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, memberi makan pada yang lapar, dan memeberi pakaian bagi yang telanjang, memberi perlindungan bagi orang yang kena musibah dan orang orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan, Aku akan berikan ilmu ketika ia tidak tahu, Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku, akan Ku suruh malaiakat untuk menjaganya, jika ia berdoa Aku akan menjawabnya, kalau dia meminta, Aku akan segera memenuhinya, perumpamaannya di hadapan-Ku seperti perumpamaan firdaus.

Tanda orang yang diterima sholatnya oleh Allah SWT adalah sebagai berikut :

Mereka yang datang dengan merendahkan dirinya kepada Allah.

Yang dimaksud dengan merendahkan diri dihadapan Allah SWT dalam sholat adalah : bahwa kita datang menghadap-Nya dalam rangka memohon pertolongan, bukan untuk bernegosiasi, karena itu kita mesti mengakui segala kekurangan kita, menyadari betapa kita sangat kecil dihadapan kebesaran-Nya.

Kita tidak memiliki kekuatan apapun kecuali atas pertolongan-Nya. Memang hambatan pertama dalam beribadah adalah bangga dengan diri sendiri. Karena itu, buanglah segala macam kesombongan, ujub dan riya’, lalu serahkan semua urusan dan bertawakallah secara total kepada Allah SWT.

Seseorang yang tidak merendahkan diri dihadapan Allah, karena merasa telah banyak beramal, sesungguhnya ia telah meremehkan pemberian Allah, artinya, ia sebenarnya tidak berjalan menuju Allah tetapi berkutat dengan dirinya sendiri, ia tidak mencari ridlo Allah tetapi mengejar ridlo dirinya sendiri.

Mereka yang tidak sombong dengan makhluk Allah yang lain.

Dihadapan Allah setiap manusia mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada manusia yang lebih suprior atau inferior terhadap manusia lainnya. Demikian juga tidak ada suatu ras, suku, kelompok atau bangsa yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ras, suku, kelompok atau bangsa lainnya, semuanya berkedudukan sama dihadapan Allah, yang membedakan mereka hanyalah kadar ketaqwaannya. “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu” (Qs.Al-Hujarat (49) : 13)

Maka jika masih ada diantara kita yang secara kaku menganggap hanya pihaknya yang berhak atas sorga, sementara yang lain pasti neraka, yang menganggap hanya tafsir kelompoknya sebagai satu-satunya yang benar dan tafsir kelompok lain salah semua, yang membanggakan dirinya dan menganggap orang lain sebagai rendah, lalu menghalalkan fitnah untuk mendiskriditkan pihak yang tidak sepaham dengan kita, maka berarti sholat kita belum diterima oleh Allah.

Mereka yang menyayangi orang-orang miskin dan menderita.

Menurut Al-Qur’an, orang yang enggan memberi pertolongan kepada orang-orang miskin kendati mendirikan sholat tetap disebut mendustakan agama dan celaka. Disebutkan ” Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, Dan tidak memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang menjadikan sholat sebagai alat berbuat riya, Dan enggan memberi pertolongan kepada orang miskin dengan barang berguna (QS.Al-Ma’un  (107) : 1-7)

Jadi bila ada orang rajin sholat tetapi tidak pernah memberi makan orang miskin maka sholatnya tidak diterima, demikian juga bila ada orang rajin memberi makan orang miskin tetapi tidak pernah melakukan sholat, maka iapun tidak dihitung sebagai sholat yang diterima. Dalam pandangan Islam, orang yang sholat tetapi sholatnya tidak berdampak positif bagi orang lain, maka ia tidak dihitung sholat kendati melaksanakan sholat.

Mereka yang dapat menahan nafsu dari setiap keinginan yang dilarang Allah.

Orang yang betul-betul menegakkan sholat mestinya dapat mengekang dan mengendalikan hawa nasfsunya dari perbuatan yang dilarang Allah, sebab memang salah satu maksud dari mendirikan sholat adalah dalam rangka mencegah yang bersangkutan dari perbuatan keji dan mungkar. sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Ankabut (29) : 45 ” Dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar “.

Maka bila seseorang kendati disatu sisi mendirikan sholat, tetapi disisi lain masih tidak berhenti mengkorupsi uang rakyat, melakukan ilegal loging, membekingi perjudian dan prostitusi, dan bentuk bentuk perbuatan keji lainnya, maka jelas sholat yang bersangkutan tidak diterima oleh Allah SWT. Sholat yang seperti itu bukan sholat yang benar, melainkan sholat banyolan, sebab hal yang demikian sama persis dengan orang yang mengharap pahala sambil bermaksiat. Karena itulah dalam sebuah hadits disebutkan “Kalau sholat seseorang tidak mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar, maka sholatnya tidak menambah sesuatu, kecuali hanya akan menjauhkannya dari Allah SWT”.

Mereka yang banyak berdzikir kepada Allah Swt.

Salah satu tujuan sholat adalah untuk berdzikir kepada Allah. Sebagaimana ditegaskan Al-Qur’an Assholatu lidzikiri. (bersholatlah untuk berdzikir kepada-Ku). Berdzikir artinya mengingat Allah, Ketika kita mengingat Allah, maka Allah juga akan mengingat kita, sebagaimana janji-Nya “Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.

Semakin sering kita mengingat Allah, semakin sering pula Allah mengingat kita (Qs. 62 : 10). Ketika Allah sering mengingat kita, maka Allah akan bersama kita, mencintai kita dan menolong kita, bila Allah telah menjadi penolong kita, maka tidak ada satupun hal yang sulit bagi kita dalam menjalankan kehidupan ini. Sebaliknya orang yang shlolat tetapi tidak berdzikir kepada Allah, berarti ia gagal dalam sholatnya, atau bahkan apa yang dilakukan mereka bukan termasuk sholat kendati mereka bersholat.

Mereka yang mempunyai kepekaan dan solidaritas sosial dan kemanusiaan yang tinggi.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menegaskan : Perumpamaan kaum muslimin dalam hal jalinan kasih sayang, kecintaan dan kesetia kawanan ibarat satu tubuh, bila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka yang lainpun ikut juga merasakannya. Mereka Ibarat satu bangunan, yang satu menguatkan yang lainnya. Karena itu benurut beliau, barang siapa diantara kaum muslimin yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka mereka bukan termasuk golongan umat ku.

Maka bila sering sholat, tetapi tidak peka dengan nasib saudaranya yang lain, tidak memiliki solidaritas sosial yang tinggi, maka berarti kita masih tergolong dalam kelompok yang disebut Nabi SAW sebaga ;i “Akan datang suatu zaman, dimana orang berkumpul di masjid untuk sholat berjamaah, tetapi tidak satupun diantara mereka yang beriman, dan tidak satupun juga yang dihitung sebagai orang yang menegakkan sholat.”

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa, sholat yang akan diterima oleh Allah SWT adalah sholat yang tidak saja memberikan keuntungan dan manfaat kepada individu yang melakukannya, tetapi yang lebih penting adalah punya akses dan nilai manfaat sosial kemasyarakatan yang luas.

Kalau kita mampu melakukan itu semua, maka berarti sholat kita telah diterima dan Allah akan melindungi kita dengan kebesaran-Nya. Perlindungan itu bukan saja dapat diperoleh di akhirat kelak, tetapi juga akan didapatkan di dunia ini. Allah SWT berfirman dalam QS. Fussilat (41) : 31 “Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Pedoman Ummat/dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *