BOGOR. Jurnalaksara.com, – Ayat pertama merupakan perintah membaca, menelaah, meneliti, dan mengkaji alam semesta, jagad raya (makro kosmos). Ayat kedua merupakan perintah membaca, menelaah, meneliti, dan mengkaji diri manusia sendiri (mikro kosmos), jagad cilik. Ayat ketiga sampai dengan ayat kelima merupakan perintah membaca atas “ajaran” Allah yang tertulis dengan pena, baik yang telah diketahui manusia (tertulis sebelumnya) maupun yang belum diketahui manusia (tidak pernah tertulis sebelumnya).
Oleh karena Allah mengajari manusia dengan pena, itu berarti perintah yang komperhensif juga untuk membaca (tulisan) dan menulis (tulisan). Mengajari manusia dengan pena adalah mengajari menulis. Perintah membaca disertai pula perintah untuk menulis. Objek menulisnya juga sama dengan objek membaca: alam semesta, diri sendiri, yang sudah dituliskan, maupun yang belum dituliskan. Perintah itu adalah juga perintah aktif-produktif menghasilkan tulisan, bukan hanya perintah aktif-reseptif membaca. Jika hanya dimaknai perintah membaca tulisan, pemaknaan itu terlalu sempit, yakni umat Islam hanya diperintah mengkonsumsi bacaan (orang lain).
Telah terbukti dalam sejarah, kejayaan suatu bangsa, kemajuan suatu kaum ditandai oleh kemampuan membaca dan menelaah yang diikuti dengan kemampuan menulis. Plato, Aristoteles contoh pembaca dan penulis di zaman kejayaan Yunani-Romawi yang jejak tulisannya ada sampai sekarang. Ibnu Rusydi (Avero), Ibnu Sina (Avesina), Aljabar, Al-Ghazali adalah pembaca dan penulis zaman kejayaan Islam yang jejak tulisannya abadi hingga sekarang.
Suatu keharusan menggapai kejayaan pribadi, masyarakat, komunitas, dan bangsa dengan melaksanakan dan merealisasikan perintah membaca dan menulis sebagaimana diamanatkan wahyu pertama tersebut. Kaum Muslim sudah semestinya berperan sebagai pencipta dan penyedia informasi tulis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kita masing-masing. Menciptakan dan menyediakan informasi tulis itu dilakukan dengan menjadikan menulis sebagai bagian kegiatan aktif-produktif kita, termasuk melalui situs web um.ac.id ini. Bukankah menulis mesti didahului dengan membaca dan menelaah? Dengan demikian, dengan menulis, kita telah melaksnakan perintah Allah: ya membaca, ya menulis. Pahala kita berlipat ‘kan?
Bangun motivasi pada diri sendiri, untuk menjadi pribadi yang gemar membaca, motivasi dari diri sendiri amatlah penting. Tanamkan pada diri sendiri bahwa dengan membaca buku akan mempertajam pemikiran, memperluas kosa kata, menambah kreativitas, melatih imajinasi, dan tentunya dapat menemukan pelajaran baru. Dengan menanamkan hal-hal tersebut pada pikiran kita, maka semangat membaca pun akan timbul. (Pedoman Ummat, dari berbagai sumber)
