jurnalaksara.com, Bogor – Dalam siraman gerimis yang ritmis, irama musikalisasi puisi mengalir menggoda ruang dengar sesiapa saja yang melintas di alun-alun Kota Bogor. Malam ini (8/3/2024) berlangsung kegiatan Pa’amprok Jonghok yang digagas oleh Rumah Kreatif Keboen Sastra.
Sejatinya kegiatan ini diselenggarakan pada siang hari, karena hujan deras mengguyur kota maka para pegiat seni yang turut mengisi acara tersebut rela menunda penampilannya dan menanti hujan berhenti, hal ini menandakan bahwa tekad mereka begitu kuat untuk menampilkan karya-karyanya sembari berhasrat agar dinamikan berkesenian di kota hujan ini akan terus menggeliat dan membesar, yang pada gilirannya akan membentuk ruang ekspresi sebagai silaturahmi seni dan budaya menjadi pemicu atmosfir Kota Bogor sebagai kota yang kreatif dan bercita rasa seni-budaya.
Dalam orasi sambutannya, Heri Matahari sebagai penggagas acara sekaligus dinamisator Keboen Sastra menyampaikan bahwa dirinya terharu, meski hujan kita bisa terus berjalan memaknai taman ini menjadi ruang publik yang berbudaya dan kita punya hak yang sama untuk membangun ruang kreatif bersama di taman ini.
“Sebagai seniman jalanan kita mampu menunjukkan karya yang kreatif, inovatif, terampil, aktif dan mandiri selama ini, tapi kurang dibaca oleh negeri ini, dan kami ingin menjadikan ruang ini menjadi ruang kita bersama,” tegasnya.
Kegiatan Pa’amprok Jonghok kali ini dimeriahkan oleh tampilan karya seni dan diskusi interaktif antara lain Bob Marjinal, Coim Oncom Hideung, Banoe, Kebun Sastra, Tulang Bajing, Petani Singkong, Tilu Warna, RKPK, Sambu Street, Jambu 2, Lottemart The Tatto, Ikal & Jhonary, Gunung Batu, Ijul, Oden dan Iwan.
Melalui kegiatan ini, para seniman Kota Bogor hendak menampilkan sisi lain kota yang penuh vitalitas dengan daya kreatifnya dan memoles wajah kota menjadi lebih ramah, bercita rasa seni sekaligus membangun silaturahmi karya bagi para seniman dalam menampilkan karya-karya terbaiknya dan membangun ruang bersama yang saling mengada dalam kebersamaan.
Malam terus berlanjut bersama gerimis yang ritmis, lagu-lagu, puisi dan musik beragam genre mengalir menghiasi malam menambah semaraknya taman kota yang tengah menggeliat dengan paras barunya, kota pusaka, kota seni budaya. (Heri Cokro)