“Iqra’ bismi rabbikalladzii khalaqa” (bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta). “Khalaqal insaana min ‘alaqin” (yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq’ ). “Iqra’ warabbukal akram”. (bacalah dan Tuhanmu Maha Mulia). “Alladzii ‘allama bilqalam” (yang mengajar manusia dengan pena). “Allamal insaana maa lam ya’lam” (yang mengajar manusia apa yang belum diketahui) ( QS – Al A’laq 1 – 5)
BOGOR. Jurnalaksara.com, – Mengabaikan membaca berarti “dosa”. Hal itu bisa jadi, ketika kita mengartikan “Dosa” adalah “kesulitan”. Membaca, ada sebagian orang menyebutnya sebagai hobi dan sebagian lainya membaca sudah menjadi kebutuhan hidupnya, mereka terbiasa menghabiskan waktu di manapun, di perpustakaan, taman atau pun kamar untuk membaca buku. Namun, pada kenyataannya banyak pula orang yang mengabaikan kebiasaan membaca. Terbukti dari hasil survei minat baca di 42 negara, Indonesia menduduki posisi paling “buncit”. Keadaan ini sangat disayangkan, karena dengan membaca kita dapat menambah khazanah ilmu. Apabila tidak rajin membaca, tentu kita akan menjadi orang yang sangat merugi, karena Allah SWT telah memerintahkan untuk membaca, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al”alaq tersebut diatas.
Menurut para pakar, kata Iqra’, biasa diterjemahkan dengan “bacalah”, merupakan kata pertama dari wahyu yang disampaikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Kata iqra’ berasal dari kata qara’a, dalam kamus-kamus, kata ini memiliki arti yang bermacam-macam, diantaranya adalah membaca, mengumpulkan, menganalisa, mendalami, merenungkan,menyampaikan,meneliti dan lain sebagainya. Dengan demikian perintah iqra’ atau “bacalah” ini tidak mengharuskan adanya suatu tulisan yang bisa dibaca, juga tidak mengharuskan adanya suatu ucapan yang bisa diperdengarkan. Pengertian ini sesuai dengan arti kata qara’a itu sendiri yang pada awalnya memang mempunyai arti “menghimpun” atau “mengumpulkan”.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa iqra’ yang berarti membaca, menghimpun, menganalisa, mendalami, merenungkan, menyampaikan, meneliti dan lain-lain, mencakup obyek apa saja yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Baik itu “membaca” ayat-ayat yang bersumber dari Allah (kitab suci Al-Qur’an)) juga “membaca” hasil karya manusia seperti buku-buku atau media lainya. Termasuk disini adalah meneliti, menganalisa dan merenungkan alam semesta, dinamika masyarakat dan diri pribadi.
Kendati perintah membaca ini langsung datang dari Allah, namun sangat disayangkan sebagian besar umat Islam mengabaikan perintah ini. Akibatnya sungguh sangat mengenaskan, sebagian besar kaum muslim terjebak pada ketidak berdayaan dan dikungkung kebodohan serta kemiskinan akut. (Pedoman Ummat/dari berbagai sumber)