Setiap Juni bertepatan dengan perayaan Hari Jadi Bogor, Istana Bogor dibuka untuk umum, namun sekarang sudah tidak lagi. Selain kemegahan bangunan gedung peninggalan masa lalu itu, didalamnya terdapat ruangan-ruangan megah. Pengunjung boleh merenungi misteri tentang penggalan sejarah yang ditentukan dari tempat itu.
BOGOR. Jurnalaksara.com, – Istana Bogor memang menjadi saksi bisu penyelenggaraan Seminar Nasional Sastra dan Sejarah Pakuan Pajajaran pada tanggal 11-13 Nopember 1991 silam. Seminar ini secara resmi dibuka oleh Presiden RI, Soeharto, dihadiri sejumlah Menteri serta para serta civitas akademika Universitas Pakuan Bogor dan para undangan. Adapun pelaksanaan teknisnya diselenggarakan di dua tempat yakni di Kampus Universtas Pakuan Bogor dan di gedung Sekar Mandapa (kini menjadi Supermarke “ADA”) Jalan Pajajaran Bogor.
Memang belumlah lima puluh tahun rentang waktu penyelenggaraan seminar tersebut, namun sangat disayangkan hingga saat ini tidak memberi dampak, khususnya bagi masyarakat Bogor. Padahal seminar yang dikemas apik itu, merupakan sebuah ajang nasional yang diselenggaran Universitas Pakuan. Penyelenggaraannya memang luar biasa ‘berkelas’, Pembukaannya dilakukan oleh Presiden Soeharto dan penutupannya dilakukan oleh Wakil Presiden, Soedharmono. Tak ayal Seminar Nasional tersebut sangat bernilah sejarah, khususnya bagi Pemerintah dan Masyarakat Kota Bogor.
Catatan-catatan berikut tentu amat mendukung antara lain :
- Seminar dihadiri para peserta dari Indonesia, Belanda dan Prancis. Mereka berasal dari berbagai lembaga penelitian, pendidikan tinggi, dan lembaga tradisional. Jumlah peserta yang hadir pada seminar ini 237 orang.
Selain diketahui oleh peserta yang hadir, isi seminar diketahui pula oleh publik melalui pemberitaan surat kabar antara lain Harian Umum Suara Pembaharuan, Kompas, Republika, Pelita, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Mingguan Swadesi dan Majalah Mangle.
- Melibatkan pemakalah utama , terdiri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hassan, Menteri Penerangan Harmoko, Menteri Sosial Prof. Dr. Haryati Subadio, Direktur Jenderal Kebudayaan Drs. GBPH Poeger dan Kepala Pusat Arkeologi Nasional Prof. Dr. Hassan Muarrif Ambary.
- Bidang Kajian Sejarah dan Arkeologi, disampaikan oleh antara lain : Dr. Edi S.Ekadjati, Dra. Nina Herlina Lubis MS, Dra. Richadiana Kartakusuma MA, Prof. Dr. Kusnaka Adimihardja, Drs. Reiza D. Dienaputra MA, Dr. Viviane Sukanda Tessier, Drs. Uka Tjandrasasmita.
- Bidang Kajian Sastra dan Antropologi, disampaikan oleh : Dr. Darusuprapta, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus, Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo, Prof. Dr. Yudistira K. Garna, Dra. Etti R. S., Drs. Undang Ahmad Darsa, Dodong Djiwapradja SH
Berdasarkan studi interdisipliner tersebut berhasil mengungkapkan bahwa setelah berahirnya Kerajaan Tarumanagara di Pulau Jawa bagian barat berdiri Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pajajaran, ibu kota Kerajaan ini Pakuan Pajajaran, Bogor sekarang. Keŕajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Buddha tersebut merupakan Kerajaan yang berhasil bertahan paling lama di Nusantara. ***

Oleh : Rahmat Iskandar, Penulis adalah Pemerhati Sejarah, tinggal di Kota Depok