Jurnalaksara.com, BOGOR – Menjawab kebutuhan akan benih padi ramah lingkungan yang adaptif terhadap perubahan iklim, IPB University meluncurkan benih padi varietas IPB 9 Garuda (9G) pada Jumat (19/4) di Desa Blawirejo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Varietas IPB 9G yang ditemukan oleh inovator IPB, Dr. Hajrial Aswidinnoor, membawa era baru dalam pertanian ‘cerdas-iklim’ dengan inovasi benih yang adaptif di tanah masam, tahan hama penyakit serta kebutuhan pupuk dan air yang lebih efisien. Produktivitas tanaman padi ini bisa mencapai maksimal 11 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Varietas ini juga ditanam di Purwakarta dan berhasil mencapai produktivitas 10,7 ton GKP per hektare.
Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman mengapresiasi IPB University atas inovasi varietas padi IPB 9G ini. Menurutnya, penelitian padi varietas IPB 9G ini bisa menghemat pupuk 20 persen.
“Bayangkan kalau 100 persen kita gunakan benih ini, kita bisa hemat pupuk untuk padi sampai 10 triliun rupiah. Mimpi kami ingin Indonesia menjadi lumbung pangan dunia,” ucapnya saat menghadiri acara peluncuran benih padi varietas IPB 9G.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyampaikan bahwa kehadiran benih padi cerdas iklim IPB 9G ini dapat menjawab tantangan perubahan iklim serta produktivitas nasional.
“Sektor pertanian merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Pengembangan benih padi cerdas iklim perlu terus didukung oleh para pihak untuk mewujudkan pertanian nasional yang lebih maju,” tuturnya.
Prof Arif mengungkapkan agar jejak IPB University yang mempionirkan pertanian cerdas iklim di Indonesia ini dapat diikuti oleh universitas maupun lembaga lainnya.
“IPB University akan terus berinovasi dalam menciptakan solusi bagi pertanian maju di Indonesia, semoga ke depannya universitas maupun lembaga lain dapat ikut mengembangkan konsep pertanian cerdas iklim dalam inovasi mereka,” ungkapnya.
Hasil uji coba penanaman IPB 9G yang merupakan varietas benih cerdas iklim ini dapat menghemat 0kebutuhan air hingga 10-20 persen. Dari sisi penggunaan pupuk, IPB 9G juga lebih efisien 25 persen dari varietas umum lainnya. Dengan demikian, efisiensi penggunaan pupuk kimia dapat meminimalisasi dampak lingkungan dari pertanian padi.
Wakil Rektor IPB University bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Agromaritim, Prof Ernan Rustiadi menjelaskan bahwa produktivitas IPB 9G bisa lebih tinggi 10 hingga 20 persen dibanding varietas dominan yang ada saat ini. Ia menambahkan, “Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, kami mengharapkan petani yang menggunakan varietas ini dapat menghemat biaya produksi dengan hasil panen optimal.”
Sebelum diluncurkan ke pasar, varietas IPB 9G telah dijual secara terbatas, salah satunya telah ditanam di lahan milik Wahid, petani dari Desa Mantup, Lamongan. Ia menyatakan puas dengan hasil dari IPB 9G.
“Malainya panjang dan lebih lebat dari varietas lain. Perawatannya juga mudah namun hasilnya justru lebih banyak,” sebutnya. Wahid mengaku bahwa penggunaan IPB 9G dapat menghemat biaya tanam, tahan hama penyakit, dan dapat meningkatkan pendapatannya.
“Saya sangat merekomendasikan IPB 9G. Silakan datang melihat langsung padi IPB 9G yang saya tanam,” tambahnya.
Dalam acara ini, Prof Ernan secara khusus berterima kasih kepada PRISMA (program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk pertumbuhan pasar pertanian nasional), yang telah mendukung IPB University dalam mempromosikan dan mengedukasi petani untuk menggunakan varietas benih padi unggulan, termasuk benih padi cerdas iklim.
“Mengubah perilaku petani merupakan salah satu tantangan terbesar di dalam agribisnis. Melalui kerja sama dengan PRISMA, kami sanggup memasarkan benih ke petani melalui pemasaran berbasis edukasi yang mampu mendorong petani untuk mengadopsi benih cerdas iklim,” ujarnya.
Acara peluncuran varietas benih padi cerdas iklim IPB 9G dihadiri pula oleh perwakilan Kementerian Pertanian RI, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan.
Dihadiri pula oleh rektor dan dekan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Mulawarman (Unmul), Universitas Tanjungpura (Untan), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Pattimura (Unpatti), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Brawijaya (UB).
Mentan Amran beserta para undangan diajak untuk menyaksikan sawah yang telah ditanami dengan benih IPB 9G serta melihat demplot dari varietas benih padi cerdas iklim lain yang sedang dikembangkan IPB University yakni IPB 12 S 13 S, 14 S, dan 15 S.
Pengembangan Benih Padi Cerdas Iklim
IPB University telah menjalin kemitraan dengan PRISMA sejak tahun 2021 untuk pemasaran dan edukasi benih padi unggulan ke petani kecil. Melalui kemitraan tersebut, PRISMA mendukung IPB University dalam melakukan uji coba varietas benih cerdas iklim, menghubungkan dengan penangkar benih lokal dan distributor untuk memperluas cakupan pasar, serta memberikan insight mengenai perilaku petani untuk pengembangan benih di masa depan.
Kolaborasi ini sukses dalam mengintroduksi benih padi cerdas iklim IPB 3S ke petani-petani kecil di wilayah Jawa Tengah. Kesuksesan tersebut menumbuhkan kepercayaan diri IPB University dalam mengembangkan dan meluncurkan varietas IPB 9G sebagai inovasi lanjutan dari varietas 3S, serta varietas 12-15G yang masih dalam tahap uji coba komersial. (A humaini)