BOGOR. Jurnalaksara.com, Tugu Kujang telah menjadi landmark Kota Bogor, setelah Istana dan Kebun Raya Bogor. Sebenarnya ketika Kota Bogor masih dibawah kungkungan Kolonial Belanda dan bernama Buitenzorg, kota ini sudah memilik sebuah tugu yang menjulang tinggi namanya “Witte Paal” orang Bogor menyebutnya sebagai Pilar. Tugu ini sekarang telah menjadi taman air mancur terletak persis di ujung utara jalan Jend. Sudirman atau pertigaan jalan Jend. Achmad Yani dan jalan RE. Martadinata. Tapi sayang, tugu ini tidak berumur panjang, pada tahun 1958, pemerintah Republik Indonesia membongkarnya, karena dianggap sebagai simbol kolonialisme. Bersamaan dengan itu pula sejumlah gedung kolonial termasuk Gedung Societeit dihancurkan.
Untuk memberikan ciri khas Kota Bogor, sekaligus sebagai penanda budaya Sunda pada tanggal 4 Mei 1982 dibangun sebuah tugu baru di atas lahan seluas 25 x 23 meter terletak disimpang tiga jalan Raya Pajajaran dan Jalan Otto Iskandardinata, tugu ini kemudian dikenal sebagai Tugu Kujang. Pembangunan Tugu ini dalam rangka menyambut Hari Jadi Bogor ke 500 pada 3 Juni 1982.
Menurut sejarahnya pembangunan Tugu setinggi 25 meter ini, pada waktu itu menghabiskan biaya sekitar Rp 80,- juta. Pada puncaknya dipasang “Pusaka Kujang” dengan bantuan pesawat Helikopter jenis Puma dikemudikan oleh Letkol. A. Suhada dari Wing 04 TNI Angkatan Udara Lanud Atang Senjaya Bogor.
Saat-saat mendebarkan terjadi ketika pemasangan Pusaka Kujang. Pemasangan pusaka ini sempat gagal, pada hari pertama yakni Senin, Helikopter hanya berputar-putar sekitar 30 menit diatas Tugu dengan membawa Puska Kujang seberat hampir 1 Ton (800 Kg). Kemudian pada hari kedua Selasa sedianya akan Pusaka Kujang akan dipasang, karena gangguan teknis dan non teknis, pemasangan Pusaka Kujang diurungkan. Baru pada Rabu pagi tepatnya pukul 08.55, Pusaka Kujang setinggi 7 meter tersebut dapat ditancapkan dipuncak Tugu. Semua yang menyaksikan kala itu termasuk Wali Kota Bogor, Achmad Sobana, SH. Wakil Ketua DPRD Kota Bogor, Letko. Inf. H.Soemarya. S. dan Sekretaris Daerah Drs.Zoetia Danoe, berguman “Alhamdulillah”.

Pusaka Kujang ini terbuat dari bahan stainless steel yang dilapisi perunggu dan kuningan. Pusaka Kujang di atas tugu ini menghadap ke arah kiblat. Di bagian bawah tugu tertulis Motto Juang Kota Bogor “Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seuja Ayeuna Sampeureun Jaga,” (Keadaan kini adalah karya masa lalu, perjuangan kini untuk menyongsong masa depan).”
Nama Kujang sendiri diambil dari nama sebuah senjata pusaka tradisional etnis Sunda. Pusaka Kujang itu sendiri sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Pakuan Pajajaran pada abad ke-14 Masehi di masa pemerintahan Prabu Siliwangi.
Kujang di masa lalu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda, karena fungsinya sebagai alat pertanian. Pada jaman penjajahan, Kujang dijadikan sebagai senjata untuk melawan dan mengusir para penjajah. (Sam Tanara/dari berbagai sumber)