BOGOR. Jurnalaksara.com, Di sepanjang Jalan Dr. Sumeru menuju arah Cilendek masih berdiri beberapa bangunan peninggalan Hindia Belanda. Salah satunya adalah Rumah Sakit (RS) Dr. H. Marzoeki Mahdi. Di era tahun 1970-an masyarakat Bogor mengenalnya sebagai Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cikeumeuh atau RSJ Cilendek. Saat ini di samping RSJ, rumah sakit tersebut juga mengembangkan pelayanan kesehatan umum.
Dalam catatan sejarah, rumah sakit ini merupakan RSJ pertama yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda. Ketika diresmikan pada tanggal 1 Juli 1882 oleh Direktur P & K (Ex Onderwijs Van Eeredienst En Nijverheid), rumah sakit ini bernama Krankzinnigengestich te Buitenzorg. Pekerjanya terdiri dari 35 orang berkebangsaan Eropa dan 95 orang pegawai pribumi dan keturunan Tionghoa. Diantaranya seorang dokter jiwa bernama Dr. Sumeru. Kapasitasnya 400 tempat tidur.
Meningkatnya pengidap gangguan jiwa pada penduduk di Hindia Belanda juga menjadi penyebab didirikannya Rumah Sakit Jiwa ini, dimana sebelumnya penderita gangguan jiwa ditampumg di Rumah Sakit Tentara atau bahkan di penjara. Pendirian Rumah Sakit Jiwa di Hindia Belanda menjadi Lalu dipilihlah kota Bogor menjadi tempat berdirinya Rumah Sakit Jiwa pertama di Hindia Belanda yaitu Krinkzinnegen te Buitenzorg. Dengan begitu tentunya Krinkzinnegen te Buitenzorg menjadi bagian penting dalam kancah kesehatan jiwa di Indonesia. Rumah Sakit Jiwa ini menjadi salah satu bukti nyata dari sejarah panjang kesehatan jiwa di Indonesia hingga saat ini. Rumah Sakit Jiwa Bogor mengalami beberapa perkembangan dan pembaharuan. Perkembangan baik secara sarana maupun prasarana, dimana perkembangan ke arah yang lebih baik yaitu dengan lebih memanusiakan pasien dengan gangguan jiwa.
Pada masa pendudukan Jepang RSJ ini pernah digunakan sebagai penampungan tentara Jepang. Juga sebagai tempat isolasi orang yang terkena penyakit menular. Lalu pada masa revolusi fisik (1945-1950), rumah sakit ini sempat terlantar karena tidak banyak mendapatkan perhatian pemerintah yang sibuk mempertahankan kemerdekaan. Pada tahun 1950-1969 barulah RSJ ini mengalami perbaikan cukup berarti. Baik perbaikan sarana gedung maupun pelayanannya.
Entah siapa yang memulai, atau karena lokasinya berada di wilayah bernama Cikeumeuh, sehingga sampai dengan tahun 1990-an, sebagian orang menyebutnya sebagai Rumah Sakit Cikeumeuh. Sebagian lagi menyebutnya RSD Cilendek (Ejaan lama jiwa ditulis Djiwa-Red), karena dekat dengan daerah yang bernama Cilendek.

Baru pada Tahun 2002, rumah sakit itu bernama Dr.H.Marzuki Mahdi. Nama tersebut disematkan bersamaan dengan momentum peringatan ke 120 tahun berdirinya Rumah Sakit itu pada 1 Juli 2002 silam. Kini RS Marzoeki Mahdi ini termasuk tipe rumah sakit A (khusus) dan dikelola Kementerian Kesehatan. Kekhususan pada rumah sakit ini diberikan karena sejak awal berdirinya, pelayanan utama yang diberikan adalah pelayanan kesehatan jiwa. Sampai sekarang pun, rumah sakit ini tetap mengembangkan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa.
Keberadaan RS Dr.H. Marzuki Mahdi merupakan salah satu warisan zaman Hindia Belanda yang berharga bagi Kota Bogor. Adanya rumah sakit ini membuat Kota Bogor menjadi salah satu dari sedikit kota di Indonesia yang memiliki rumah sakit jiwa. (Sam Tanara/dari berbagai sumber)