Pelihara Jiwa, Teguhkan Iman

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur [24]: 30).

BOGOR. Jurnalaksara.com, Menundukkan pandangan adalah perkara utama dan kunci dari keselamatan seorang muslim dalam memelihara jiwa dan akalnya dari membaranya  hawa nafsu. Sepintas perintah ini seolah mudah alias gampang. Tetapi, kalau dipikir lebih dalam, ternyata perintah ini sangat penting untuk diimplementasikan secara serius.

Sebagaimana dilansir media baik cetak maupun electronic, berita terkait kasus pemerkosaan belakangan ini kian ramai. Ironisnya, kasus –kasus tersebut  tidak saja dilakukan oleh mereka yang bisa dikatakan awam, tetapi juga dilakukan oleh oknum pegiat ilmu, aparat bahkan pejabat dan kalangan yang dikenal sebagai penegak hukum. Sebagai seorang muslim tentu kita semua sangat menyesalkan, mengapa kasus pemerkosaan dan tindakan asusila ini kian hari justru kian marak.

Akan tetapi, satu hal yang tidak bisa kita tunda adalah sesegera mungkin membentengi keluarga kita dari akar terjadinya segala macam bentuk tindak kemaksiatan, termasuk di dalamnya sebab utama sebuah pemerkosaan dan tindakan asusila yang terjadi.

Menjaga pandangan 

Menjaga pandangan ini sangat berat dan sungguh sulit,mengapa? Dalam sehari semalam, utamanya bagi mereka yang aktivitasnya di luar rumah, maka mata dalam situasi tertentu, mau tidak mau harus melihat hal-hal yang dilarang agama. Seperti melihat aurat kaum hawa dan lain sebagainya. Karena kondisi di negeri ini, kaum hawanya terjebak pada sebuah alasan kebebasan berekspresi, sehingga  mengobral aurat adalah hak azasi, tidak saja di perkotaan bahkan sampai ke pelosok pedesaan.

Masalahnya, di zaman modern seperti sekarang, di dalam rumah pun, mata kita harus melihat hal yang dilarang. Entah itu kala menonton televisi, maupun membuka situs berita di internet, yang di dalamnya bukan saja berisi iklan yang memamerkan aurat perempuan, tetapi juga berita perempuan yang kadangkala foto yang ditampilkan sangat tidak relevan.

Sekali mungkin dimaklumi, tetapi kalau ini terus terjadi setiap hari? Istilah orang sekarang, “Nggak di rumah, di jalan, di kantor, bahkan di hand phone, foto perempuan selalu menantang di pelupuk mata.”

Mungkin, kala al-Qur’an memerintahkan umat Islam di masa Nabi dahulu, sebagian orang melihat perintah ini (menundukkan pandangan) gampang dilaksanakan. Selain karena perempuannya memang sudah menutup aurat, teknologi zaman itu tidak seperti sekarang. Akhirnya, selama di dalam rumah, di jamin mata akan terjaga kesuciannya.

Berbeda sekali dengan zaman sekarang. Jangankan orang yang memang sengaja melampiaskan pandangannya, yang menundukkan pandangan pun tidak bisa 100 persen terjaga dari maksiat mata.

Untuk itu, Islam sebagai agama universal telah mengantisipasi kejadian seperti zaman sekarang ini. Empat belas abad silam, di saat manusia tidak seberapa dan teknologi informasi dan komunikasi tidak secanggih saat ini, Rasulullah telah memberikan nasehat yang sangat penting bagi Muslim zaman ini.

“Wahai Ali, jangan kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan) sedangkan yang berikutnya tidak.” (HR. Tirmidzi).

Alasan dari hadits tersebut dijelaskan pada hadits yang lain. “Pandangan mata adalah panah beracun di antara panah-panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya.” (HR. Hakim).

Dua hadits ini telah memberikan penjelasan bahwa pandangan mata itu sangat berbahaya. Dan, dari beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi, sebagian besar berawal dari pandangan mata yang dilampiaskan. Oleh karena itu, menjaga mata atau menundukkan pandangan sungguh sangat penting untuk diamalkan  (dilaksanakan).

Jangan Ada Niat Buruk

Bagaimana ternyata jika upaya kita menjaga pandangan tidak benar-benar maksimal, karena memang sekarang gambar atau ‘perhiasan’ perempuan ada dimana-mana?

Kita harus tetap pada posisi tidak melampiaskan pandangan untuk menikmati hal-hal yang diharamkan (dilarang) Islam. Jika pemandangan haram itu tetap tidak bisa dihindari maka sungguh Allah Maha Mengetahui.

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Al-Mu’mim (40) – 19).

Menafsirkan ayat tersebut, Ibn Katsir mengatakan bahwa Allah memberikan kabar tentang ilmu-Nya yang sempurna dan meliputi segala sesuatu, baik yang terhormat dan yang hina, yang besar dan yang kecil, atau pun kasar dan yang lembut, agar manusia waspada terhadap pengetahuan-Nya kepada mereka.

lebih dari itu,  agar kita malu kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya malu dan bertaqwa kepada-Nya dengan sebenar-benar taqwa, serta merasa diawasi-Nya dengan pengawasan orang yang mengetahui, bahwa Allah melihatnya.

Kemudian, Ibn Katsir mengutip penjelasan Ibn Abbas terhadap ayat tersebut. “Yaitu, seorang laki-laki yang masuk ke sebuah rumah yang salah seorang penghuninya terdapat wanita cantik, atau wanita itu sedang melewatinya. Jika mereka lengah, dia pun menoleh kepada wanita itu. Dan, jika mereka mengawasi, dia pun menahan pandangannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mengetahui hatinya yang berkeinginan, seandainya dia berhasil melihat auratnya.” (HR. Ibn Abi Hatim).

Kewajiban Muslimah

Jika pada ayat 30 dari Surah Al-Nur Allah memerintahkan secara gamblang kepada Muslim laki-laki untuk menundukkan pandangan. Maka pada ayat ke-31 Allah tidak saja memerintahkan Muslimah hanya menundukkan pandangan. Lebih jauh juga menutup perhiasan (aurat) yang haram dilihat lelaki bukan mahrom.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur (24) : 31).

Ayat tersebut secara eksplisit sangat panjang, selain karena tidak ada salah paham, rincian tersebut memberikan penegasan bahwa siapa saja Muslimah yang tidak hati-hati terhadap perhiasannya, maka sadar atau tidak, ia sedang dalam potensi bahaya yang berpotensi merusak diri dan masa depannya.

Oleh karena itu, dari hati yang terdalam, pihak mana pun harus mendukung Muslimah negeri ini untuk menutup auratnya, jangan sampai terjebak pada alasan kebebasan berekspresi, karena itu adalah perintah langsung dari Allah Ta’ala yang menciptakan manusia itu sendiri. Sungguh, tidak bisa dibayangkan betapa sangat murkanya Allah kepada siapa pun yang menghalangi kaum Muslimah menjalankan perintah Allah Ta’ala yang Maha Hidup Maha Benar lagi Maha Mengetahui.

Bahaya Melampiaskan Pandangan

Seorang konsultan keluarga pada sebuah majalah komunitas mengatakan bahwa menurut para pakar penyakit hati (qalbu), antara mata dan hati terdapat jalur penghubung. Manakala pandangan mata sudah rusak dan bobrok, hati pun ikut rusak dan bobrok serta menjad kotak sampah tempat berbagai najis dan kotoran.

Ia tidak layak lagi menjadi tempat bersemayamnya ma’rifat tentang Allah, kecintaan terhadap-Nya, ketundukan kepada-Nya dan ketentraman serta kegembiraan dengan dekat bersama-Nya. Qalbu seperti ini hanya akan diisi dengan keburukan demi keburukan. (Pedoman Ummat/dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *